About Me

header ads

Mahasiswa Suarakan Dilibatkan Dalam Pemilihan Rektor UNISNU Jepara

Mahasiswa Suarakan Dilibatkan Dalam Pemilihan Rektor UNISNU Jepara

MENGAPA MAHASISWA TIDAK DILIBATKAN DALAM PEMILIHAN REKTOR ??

Mahasiswa adalah bagian penting masyarakat lingkungan akademik yang sering disebut sebagai civitas akademika dengan jumlah kuantitas yang paling besar jika dibandingkan dengan kelompok lainnya seperti dosen dan tenaga kependidikan.

Tidak lain halnya posisi PMII sebagai salah satu elemen penting dilingkaran Yayasan Yaptinu Jepara, karena jelas PMII tercatat distatuta Yaptinu Jepara sebagai satu-satunya organisasi ektra Universiter yang diakui Yayasan. artinya selama ini PMII harus bisa mewarnai dan ikut mengambil bagian kegiatan kampus untuk masa depan kampus yang lebih baik.

Unisnu adalah kampus yang notabene Nahdlatul Ulama', dimana secara tidak langsung PMII yang dilahirkan dari rakhim NU dan sebagai anak kandung NU sudah sepantasnya dianggap Unisnu sebagai anak kandung di rumah sendiri, apalagi selama ini PMII juga ikut menyumbangkan kontribusi yang luar biasa dalam mencerdaskan dan menguatkan sumber daya mahasiswa dilingkungan kampus.

Menurut data yang kami rangkum tercatat sekitar 90% pucuk pimpinan strategis di kampus merupakan kader PMII, Mulai Presiden & wakil Presiden Mahasiswa (eksekutif), DPM (legeslatif), sampai Setiap Gubernur dan wakil Gubernur di lima fakultas adalah kader-kader terbaik PMII. PMII juga ikut menanamkan ediologisasi faham Aswaja, membentengi diri dari gerakan radikal, mengenalkan NU sebagai basis gerakan keagamaan dan sosial, PMII juga menggembleng mahasiswa sebagai kader-kader militan, tidak hanya berprestasi dalam akademik namun juga punya mental kuat dan punya kepekaan sosial sebagai kaum terdidik.

Kalau boleh jujur pendidikan kaderisasi itu semua tidak akan banyak diperoleh dibangku akademik, dan PMII ikhlas melakukan semua itu sebagai bagian hidmah PMII dilingkungan Yaptinu, dan PMII terus berikhtiar mencetak Mahasiswa Unisnu betul-betul sebagai mahasiswa yang berhaluan Ahlussunnah wal jama'ah Annahdliyah.

Makanya, sangatlah ironis jika mengabaikan eksistensi mahasiswa dalam proses pengelolaan perguruan tinggi. Apalagi mahasiswa merupakan pihak yang paling sering terdampak langsung dari berbagai kebijakan yang ada di kampus.

Belakangan hari ini telah dibuka bursa pencalonan Rektor Unisnu mulai tgl 15 januari sampai 14 februari menurut situs,
https://yaptinu.or.id/pendaftaran-calon-rektor-unisnu-jepara-periode-2020-2024, secara tidak langsung Yayasan mulai membuka proses demokrasi dilingkungan kampus dan memberi banyak peluang bagi siapapun yg ingin mencalonkan diri sebagai rektor.

Namun yang menjadi hal penting dan tidak berubah dari sejak dahulu yaitu Sistem dan mekanisme pemilihan masih berkutat dan dipilih langsung oleh Rapat pleno dan pengurus harian yaptinu (semacam senat Universitas), pertanyaannya sekarang "Mahasiswa Bisa apa"? "Rektor Untuk siapa"? "Apa Rektor hanya Untuk yayasan"? "Calon Rektor Orang NU atau tidak"? Apa tidak ada inisiasi melakukan survie jajak pendapat, tanya jawab visi-misi dengan mahasiswa atau menyampaikan progres report (hasil kemajuan yg telah dicapai) misalnya.

tentu saja ini semua menyisakan berbagai pertanyaan ketika mahasiswa tidak ikut dilibatkan dalam suksesi pemilihan, meski agak berkhayal ketika mahasiswa diberi proporsi hak suara pemilihan rektor dikampus swasta seperti Unisnu. Wallahu a'lam

(Tim Redaksi Da'i Cyber PMII Jepara)

Sumber: Facebook Da'i Cyber PMII Jepara

Posting Komentar

0 Komentar